• HUBUNGI KAMI
  • HARI INI
  • TELP:
    082111843838
  • TELPHON:
    082111843838
  • EMail:
    udin.ads@gmail.com
  • WhatsApp:
    085890098540

Showing posts with label nasional. Show all posts

KEMEJA PARTAI NASDEM




Kemeja Partai Nasdem ini tidak ada stok khusus untuk pemesan yang harus di pesan minimal 100 pcs Harga : Rp. 90.000/pcs Harga Bisa Nego jika anda pesan dalam party besar
Kami menyediakan segala jenis atribut partai dan pilkada Menerima cetak : Kalender,
stiker,browsur, buku agenda, cover yasin, kartu nama, ID card, undangan, Bendera Partai,
Kemeja Partai, Kaos Partai, Kaos katun partai,Nasdem, PKB, PKS, PDI, Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PPP, Hanura, PDA, PNA, PA, PBB, PKPI Kaos Bahan PE,
 Kaos Bahan Lakos PIN Bros,
Gantungan Kunci, Gelas Mug, Spanduk, Baliho, Bendera Petaka dan lain - lain
Harga Bendera Partai :
Ukuran 60x90 : Rp. 4300/lbr untuk partai demokrat tambah 500 
80x120 : Rp. 5000/lbr
150x225: Rp. 32000/lbr
2x3m : Rp. 57000/lbr


Harga Kalender Partai
Ukuran 38x52cm : Rp. 1700/lbr
50x70cm : Rp. 3200/lbr


Harga Kaos Partai :
Bahan PE Single : Rp. 13.000/pcs Sudah termasuk Ongkos Pres Gambar Caleg
Bahan PE doble : Rp 15.500/pcs Sudah termasuk Ongkos Pres Gambar Caleg
Bahan Lakos PE : Rp. 38.000/pcs Sudah termasuk Ongkos Bordir atau sablon
Bahan PE Doble Kerah :Rp. 27.000/pcs Sudah termasuk Sablon 
Harga Kemeja Partai :
Kemeja Bahan Dril :Rp. 80.000/pcs Sudah termasuk Ongkos Bordir
Kemeja Bahan Katun :Rp. 53.000/pcs Sudah termasuk Ongkos Bordir


Harga Topi Partai Rp. 20.000/pcs Sudah Termasuk Bordir Logo Partai Di depan Topi.


Harga Asisoris Partai: 
PIN Bros :Rp. 3.000./pcs
PIN Kuningan :Rp. 9.000./pcs
Logo Bordir :Rp. 4.000./pcs
Gelas Mug :Rp. 18.000./pcs
Gantungan Kunci :Rp. 4.000./pcs
Kartu Nama :Rp. 18.000/box/100lembar
Stiker Partai :Rp. 400/lbr ukuran 10x16cm
Syarat dan ketentuan berlaku
Harga bisa berubah sewaktu2 tampa ada pemberitahuan..


Jika Anda Berminat Silakan Hubungi Kami 

Hp : 085890098540 
085277723838
087785283838
PIN : 2C1FC79E / 2ACC9526 
Udin.ads@gmail.com 
Www.maha-karya.com 
Www.putriani.com

Rekening Bank BRI. 
0361-01-014711-50-6 
A/N Saifuddin
.

Rumah Tanpa Jendela: Tentang Impian Bersahaja dan Ketulusan Persahabatan


Pesan moral yang disajikan jauh dari kesan menggurui dan ditampilkan secara menawan dari adegan ke adegan dalam durasi 105 menit.”

Undangan dari Mata Sinema (www.matasinema.org)--sebuah komunitas yang menggalang para pemerhati film Indonesia--untuk Nobar (Nonton Bareng) gratis film "Rumah Tanpa Jendela" hari Minggu (27/2) bertempat di Studio 1 Jaringan Blok M Square 21 merupakan sebuah anugerah yang sungguh sangat saya syukuri.

Saya mewakili komunitas Blogger Bekasi bersama rekan-rekan dari komunitas Mata Sinema, adik-adik Asuh PAYISC Al-Azhar, Sanggar Ananda, berkesempatan menonton beserta para insan penting yang berada dibalik penggarapan film ini antara lain Aditya Gumay (sutradara dan penulis skenario), Aty Kanser (artis film, pemeran tokoh nenek) dan Asma Nadia (penulis produktif dan juga penulis novel "Rumah Tanpa Jendela").

Seperti halnya film "Emak Ingin Naik Haji" yang telah berhasil mendapatkan berbagai prestasi membanggakan pada sejumlah acara penghargaan sinema nasional, film inipun diangkat dari sebuah cerpen karya Asma Nadia berjudul "Jendela Rara". Tema bahasan yang digarap sebenarnya relatif sederhana, yakni tentang impian, persahabatan, cinta dan keinginan mewujudkan harapan.

Saya sangat mengapresiasi hadirnya film ini sebagai tontonan alternatif terutama buat anak-anak Indonesia, disela-sela maraknya film-film bertema horor, kekerasan dan seks saat ini serta semakin "keringnya" film-film anak-anak yang sarat dengan kisah yang membangun karakter dan pribadi positif. Pesan moral yang disajikan jauh dari kesan menggurui dan ditampilkan secara menawan dari adegan ke adegan dalam durasi 105 menit.


Walau Raffi Ahmad terkesan terlalu muda dan rapi untuk jadi ayah Rara, ia tetap secara profesional dan konsisten memberikan parade akting yang menawan sepanjang film ini.



Film ini menceritakan sosok Rara (Dwi Tasya), seorang anak keluarga miskin yang tinggal bersama sang nenek yang kerap dipanggil Mbok (Inggrid Widjanarko) dan sang ayah (Raffi Ahmad) di sebuah perkampungan pemulung miskin yang kumuh. Rara memiliki impian bersahaja yang kerap ditertawakan oleh kawan-kawan sekolahnya : Jendela untuk rumah. Diatas bukunya yang lusuh ia menulis: "Namaku Rara, aku tinggal di Jakarta, dirumah yang sempit di kampung pemulung yang sumpek dengan rumah-rumah tanpa jendela. Apa artinya sebuah jendela, jika kami bisa kehilangan rumah kapan saja, karena digusur. Sebenarnya aku pengen tahu pendapat ibu , Tapi ibu sudah meninggal karena sakit sebelum aku sempat bertanya". Prolog film ini sungguh meninggalkan kesan mendalam dan menghentak. Tentang kemiskinan dan ironi realitas kehidupan di ibukota.

Kita kemudian diperkenalkan pada sosok Aldo (Emir Mahira),seorang bocah laki-laki dari keluarga kaya raya yang memiliki keterbelakangan mental. Rara dan Aldo dipertemukan secara tak sengaja ketika gadis kecil itu yang menjadi "ojek payung" menawarkan jasanya kepada Aldo yang tengah kehujanan di sekolah. Ketulusan persahabatan yang dibangun tanpa prasangka tersebut berlangsung spontan dan erat dengan mengabaikan perbedaan strata sosial yang hadir diantara mereka. Rentetan peristiwa kemudian terjadi mewarnai interaksi kedua sosok ini, baik antara Aldo bersama kedua kakaknya yang diperankan oleh Maudy Ayunda dan Ouzan Ruz atau hasrat Rara yang terus mendesak sang ayah membuatkan jendela buat rumah mereka yang sempit.

Di bawah arahan tangan dingin sutradara muda handal Aditya Gumay, film yang 100% hasil penjualan tiketnya disumbangkan bagi kaum dhuafa khususnya untuk membantu anak jalanan mendapatkan hak dan fasilitas pendidikan, pembangunan sekolah, rumah singgah, biaya sekolah bagi anak tidak mampu serta membuat perpustakaan keliling dan pengembangan melalui yayasan yang menangani anak jalanan ini tampil memikat dan menyentuh hati.

Dua artis muda yang menjadi lakon utama, Dwi Tasya dan Emir Mahira tampil prima dan sangat natural. Saya salut melihat akting Emir yang tampil mempesona memerankan sosok Aldo yang rapuh, sensitif namun memiliki sikap setia kawan yang tinggi. Dengan gestur tubuh dan dialog yang kerap terpatah-patah, Emir secara gemilang memberi kekuatan pada "roh" Aldo yang diperankannya. Dilain pihak akting Dwi Tasya pun terlihat memukau. Kemampuannya menyajikan kesedihan, kegembiraan, putus asa. dan optimisme sangat ekspresif. Ia pun dapat membangun "Chemistry" konstruktif bersama lawan mainnya, baik pada Emir maupun kepada pemain lain.

Walau Raffi Ahmad terkesan "masih terlalu muda" (juga "terlalu rapi") untuk jadi ayah Rara, ia tetap secara profesional dan konsisten memberikan parade akting yang menawan sepanjang film ini. Bagian yang paling saya suka adalah ketika Raffi menceritakan dongeng pengantar tidur kepada putri tercintanya juga tatkala ia bersikap sinis dan tajam kepada Tante Rara yang diperankan oleh Yuni Shara yang bersikeras untuk menemui ibu mereka sesaat sebelum ia berangkat ke Batam.

Sementara itu, kehadiran bintang-bintang lawas yang ikut meramaikan film ini juga tak kalah memikat. Keberadaan Alicia Johar sebagai ibu Aldo dan Aty Kanser sebagai nenek Aldo serta Inggrid Widjanarko yang berperan sebagai nenek Rara dengan pengalaman akting mumpuni yang dimiliki bertahun-tahun memberikan “nilai lebih” pada film ini.

Lagu-lagu yang ditampilkan dalam film ini (sebagian besar diciptakan oleh Aditya Gumay) juga lumayan bagus, tidak hanya dari segi aransemennya juga pada narasi liriknya yang inspiratif. Anak saya yang ikut menonton juga dengan mudah bisa mengikuti bait demi bait lagu-lagunya. Dari segi sinematografis film ini berhasil menyajikan gambar-gambar indah melalui sudut pandang "tidak biasa" tapi "luar biasa". Meski terdapat beberapa adegan yang terkesan klise dan sedikit kehilangan greget mulai dari paruh kedua akibat bertambahnya intensitas plot dan konflik, alur film ini berlangsung lancar dan sempat membuat saya dibekap keharuan mendalam.

Saya menyatakan salut atas peluncuran film yang sarat dengan nasehat moral sederhana ini. Film yang bercerita tentang upaya meraih impian, menjalin persahabatan yang tulus, semangat yang tak pupus dan senantiasa bersyukur atas segala karunia Allah SWT merupakan angin segar ditengah-tengah kerinduan kita pada hadirnya film anak-anak berkualitas.

"Rumah Tanpa Jendela" menjadi jawaban atas segala kegelisahan itu.

Maju terus perfilman Indonesia!
Klik Duit Untuk Anda

Domain free Anda

Makam Gus Dur Ambles


VIVAnews - Makam mantan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, ambles. Beredar kabar, kain kafannya masih terlihat bersih.

"Tadi pagi dikabarkan ambles. Tapi sekarang sudah diperbaiki lagi," kata salah satu keponakan Gus Dur, Firry Wahid dalam perbincangan dengan VIVAnews.com, Jumat 18 Februari 2011.

Menurut putra Umar Wahid ini, informasi yang diterima keluarga, penyebab utama amblesnya makam Gus Dur itu akumulasi dari kondisi tanah pemakaman. "Saat pemakaman, tanahnya tidak dipadatkan," kata Firry. Saat ini, kata Firry, putri pertama Gus Dur, Alisa Wahid sudah berada di pemakaman.

Saat ini beredar kabar, saat makam itu ambles, kain kafan yang membalut jasad Gus Dur masih terlihat sangat bersih seperti baru. Dalam kondisi normal, kain kafan yang turut dikubur lebih dari setahun seharusnya tergerus hingga rusak di dalam tanah.

Tetapi sumber VIVAnews.com membenarkan berita itu. "Kain kafannya memang masih bersih," ujar sumber yang menolak disebut namanya.

Gus Dur wafat pada Rabu 30 Desember 2009 sekitar pukul 18.40 WIB. Kondisi kesehatan Gus Dur menurun sejak menjalani operasi gigi Senin 28 Desember 2009 lalu. (umi)
Klik Duit Untuk Anda

Domain free Anda

- Copyright © 2009 - MAHA KARYA 86 ADVERTISING SENEN - Atribut Partai - Grosir Kaos Partai - Powered by Creatif-Blogger - Designed by Saifuddin -